MALANGMU.COM – Berawal dari koordinasi di kediaman Budiono PCM Kromengan (30/04/2023) bidang Lingkungan Hidup dan Resiliensi Bencana bersama beberapa unsur pcm yang ditunjuk sebagai koordinator yang terbagi di 7 sektor kerja.
Mereka mencanangkan program gerakan Masjid Hijau (Green Mosque) yang merupakan usaha menjadikan masjid sebagai bangunan rendah emisi dan ramah energi.
Gerakan ini juga diharapkan mendorong kesadaran masyarakat terkait pentingnya isu perubahan iklim di lingkungan dalam lingkup terkecil.
Adalah masjid Ulin Nuha, masjid milik persyarikatan muhammadiyah yang berada di Jalan Margo Utomo, Jetis-Mulyoagung kecamatan Dau, kabupaten Malang menjadi percontohan program gerakan masjid hijau.
Masjid Ulin Nuha yang sebelumnya terlihat kering/gersang kini telah menjadi masjid yang cukup asri dengan penghijauan yang dilakukan berupa penanaman tanaman hias dan pohon alpukat di lahan kosong milik masjid dengan tujuan memberikan kenyamanan, menciptakan lingkungan lestari dan menghasilkan oksigen, adanya sumur resapan yang menjaga keseimbangan hidrologi air tanah serta mencegah banjir.
BACA JUGA : Workshop Digital Branding MPI PDM Kabupaten Malang, Ajak Peserta Jadi Content Creator
BACA JUGA : Lewat Metode Dji Sam Soe, Antarkan Abdul Haris Raih Gelar Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab
Masjid Ulin Nuha juga memiliki usaha ternak lele yang dibudidayakan dalam 8 kolam yang terletak dinpinggir sungai depan masjid Ulin Nuha.
Hasil dari produksi ternak lele untuk sementara ini hanya dipasarkan dilingkungan perumahan sekitar masjid.
Melalui penjualan ternak lele tersebut bisa menambah pemasukan keuangan untuk biaya operasional masjid dan digunakan untuk kegiatan sosial keagamaan.
“Lumayan bisa menjadi pemasakukan untuk masjid, selain dari infaq jama’ah masjid,” terang Abdul Rokhim ketua takmir masjid Ulin Nuha yang juga koordinator di sektor kerja 5 (Dau, Karangploso, Kasembon, Ngantang, Pujon dan Wagir) kepada wartawan malangmu.com.

Masjid Ulin Nuha menjadi proyek percontohan bagi bidang lingkungan hidup PDM kabupaten Malang.
Pada 23 Juli 2023 lalu, dihadirkan seluruh koordinator dari 7 sektor kerja, yang terdiri dari unsur pcm dan atau takmir masjid untuk mengikuti ceremonial yang dipandu oleh Andik Roni Irawan (Ketua Majelis Lingkungan Hidup/MLH) untuk pencanangan program gerakan masjid hijau.
“Melalui kegiatan ini perserta yang hadir juga mendapatkan materi sosialisasi budidaya tanaman talas beneng (mbote; jawa) dari ketua kelompok tani Mutiara Kusuma Selorejo Blitar Sri Handayani,” lanjut Rochim.
Talas beneng merupakan tanaman yang masih belum banyak orang membudidayakannya secara maksimal.
Talas beneng memiliki pemasaran yang bagus di pasar ekspor (Amerika Serikat, Australia dan juga China). Talas beneng memiliki banyak manfaat mulai dari umbi, batang dan daunnya.
Umbi talas beneng bisa dijadikan berbagai macam olahan seperti beras, dodol, permen, keripik, carang mas dan juga sebagai bahan baku kosmetik.
BACA JUGA : Keren! MBS Al Amin Kepanjen punya Cafe Rooftop, Bikin Suasana Belajar Semakin Nyaman
Adapun batang dari talas beneng dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak lele dan bisa juga digunakan sebagai bahan pupuk organik yang baik.
Sedangkan daun talas beneng bisa digunakan untuk bahan pengganti tembakau yang tidak mengandung nikotin.
Program masjid hijau ini selaras dengan resiliensi kebencanaan dalam upaya mengurangi dampak maupun resiko bencana.
Sosialisasi juga akan terus dilakukan agar program ini berimplikasi kedalam program kerja bidang/majelis/lembaga yang ada pada struktur Pimpinan Daerah dan juga amal usaha Muhammadiyah di kabupaten malang.
Program ini menjadi pilot project dari Majelis Lingkungan Hidup PDM Kabupaten Malang. Sebagai bagian dari penguatan organisasi.
“Hal ini tentunya selaras dengan misi persyarikatan: dakwah dan tajdid yang dipahami Muhammadiyah adalah jalan perubahan untuk mewujudkan islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman,” jelas Lukman Hakim yang merupakan Wakil Ketua PDM Kabupaten Malang.
Lukman ke depan berharap, sinergitas antar majelis/lembaga menjadi sebuah keniscayaan yang harus terus dibangun.
Proses integrasi sistem yang terimplementasi dalam program kerja selayaknya menjadi prioritas utama, dan tidak hanya sebatas retorika disetiap siklus periodeisasi kepemimpinan semata.
Konsolidasi dan kolaborasi di internal organisasi menjadi kunci keberhasilan persyarikatan untuk melakukan kapitalisasi terhadap pelaksanaan program kerja periode kepemimpinan 2022-2027. (kamto/bp)