MALANGMU.COM – Masjid Jogokariyan Yogyakarta bak episentrum bagi jamaah dan ummat. Setiap hari, hampir setiap waktu, masjid ini diramaikan jamaah, juga pengunjung lain luar kota dan masyarakat sekitarnya.
Masjid Jogokariyan tidak hanya makmur, namun juga memberdayakan, penuh kemanfaatan. Yang diterapkan pengurus masjid ini, bukan hanya memastikan kegiatan ibadah jamaah, melainkan juga menjadikannya untuk mengayomi masyarakat.

Masjid Jogokariyan, yang kini menjadi masjid yang makmur sekaligus memakmurkan ummat tak lepas dari peran Muhammad Jazir.
Nilai-nilai dan fungsi masjid di zaman Rasulullah diterapkan oleh takmir, sehingga wajah rumah ibadah tersebut sangat ramah bagi warga kampung sekitar.
Dalam kesempatan Pengajian Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang, di Lawang hari ini, Ahad (10/9/2023), M Jazir mengungkapkan, di Masjid Jogokariyan, banyak dipenuhi juga anak-anak beraktivitas mengaji. Dan, kalau waktunya sekolah, mereka tidak datang, dijemput satu-satu oleh pengurus.
M Jazir sendiri, menjadi ketua Masjid Jogokariyan meneruskan sang Ayah, yang merupakan Imam pertama Masjid Jogokariyan. Jazir bahkan akrab dengan aktivitas kemasjidan sejak duduk di bangku kelas lima sekolah dasar.
Pada era 90-an, tepatnya tahun 1999, suksesi kepala takmir Masjid Jogokariyan dipegangnya, menggantikan ketua takmir yang ketiga. Saat itu, Jazir menolak dan tidak mau dipilih secara aklamasi. Ia menyarankan agar masjid menggelar pemilihan umum ketua takmir masjid secara terbuka dan dipilih langsung oleh jamaah.
M Jazir lahir di Yogyakarta, pada 28 Oktober 1962. Pada usianya yang masih 10 tahun, Jazir bahkan telah dipercaya mengemban amanah, mengkoordinir pengajian anak-anak di langgar kecil, di satu kampung pinggiran Selatan Yogyakarta itu.
Dalam sebuah artikel, dikisahkan salah satu peristiwa yang menginspirasi Jazir mengembangkan manajemen masjid modern ialah saat melakukan kunjungan ke Malaysia. Ia memang sering bolak-balik Indonesia-Malaysia dalam agenda pendidikan Al-Quran.
Di sanalah Jazir melihat, bagaimana imam masjid benar-benar menjadi figur ummat. Perannya tidak hanya berlangsung saat salat, tapi ia juga menjadi rujukan bagi jamaah dan warga lingkungan, menemukan jawaban atas permasalahan-permasalahan sosialnya.
Konsep itulah yang kemudian ia bawa ke Indonesia dan diterapkan di Jogokariyan. Dalam praktinya, menjadi pengurus masjid bukan hanya melakukan kegiatan ibadah, tapi jadi pengayom masyarakat, menjamin jamaah bisa makan, putra-putrinya tidak putus sekolah. Tak terkecuali, kebutuhan sosial ekonomi jamaah, bahkan kalau bisa masjid yang mencukupi. (*)
Penulis: Choirul Amin
[…] Baca Juga : Muhammad Jazir, Jadikan Masjid Jogokariyan Pusat Kemaslahatan dan Ketenangan Rakyat […]